4 KUNCI SUKSES
DUNIA AKHIRAT VERSI AGAMA ISLAM
Assalamu’alaikum
Wr, Wb.
Kawan kawanku yang sangat saya sayangi, kali ini saya
dapat memposting tentang “4 Kunci Sukses Dunia-Akhirat Versi Agama Islam”,
Alhamdulillah saya diberi ijin oleh Allah untuk membaca buku yang berjudul
“Bahan Renungan Kalbu” yang ditulis oleh Ir. Permadi Alibasyah, mudah-mudahan
Allah merahmatinya,, Amiin.
Latar belakang buku ini adalah ketik seorang ayah
ingin membekali anaknya tentang pengalaman dan pemikiran ayah dalam mengarungi kehidupan,
sebelum terciptanya buku ini sebelumnya dulu merupakan kumpulan-kumpulan
catatan pengalaman dan pemikiran penulis yang disusun untuk bekal mengarungi
kehidupan bagi anak-anak penulis sendiri. Namun dalam perjalanannya, ternyata
banyak pihak yang memerlukanya, sehingga beredarlah catatan tersebut di
kalangan masyarakat dalam bentuk cetakan fotocopy. Atas dorongan dari berbaai
pihak akhirnya catatan-catatan tersebut di tulis menjadi sebuah buku, yang
sekarang berjudul “Bahan Renungan Kalbu” yang
akan kita baca ini adalah Catatan bagian yang ke-14
Mari kita baca dengan mengucap “Bismillahirrohmanirrohiim”
mudah-mudahan Allah memberi ilmu yang kita harapkan untuk mencapai kebahagiaan
dunia akhirat, Amiin.
4 KUNCI SUKSES DUNIA-AKHIRAT
VERSI AGAMA ISLAM
Seberapa
lamakah kita hidup di dunia ini? Al-Quran mengatakan bahwa ternyata manusia
hidup di dunia hanya sebentar saja.
Allah bertanya : ”Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?” mereka menjawab: “kami
tinggal di Bumi sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang
yanng menghitung.” Allah berfirman “Kamu tidak tinggal di dunia (di bumi)
melainkan sebentar saja, kalau kamu benar-benar mengetahui.”
Al-Mu’minun (23):112-114
Marilah kita ambil asumsi umur kita adalah seumur nabi
Muhammad SAW, yaitu 63 tahun. Dengan mengambil surat As-Sajdah ayat 5 yaitu
yang mengatakan 1 (satu) hari di Akhirat = 1000 (seribu) tahun di Dunia, maka
umur kita hanya 63/1000 hari Akhirat. Betapa singkatnya!
Lalu untuk apa Allah memberi kita umur yang tidak sampai
sepersepuluh hari menurut perhitungan Akhirat? Hal ini ternyata tidak lain dan
tidak bukan adalah untuk menguji sejauh mana ketaatan kita pada aturan main
yang dibuat-Nya; yaitu agar menjadi jelas siapa yang akan menempati surga dan
siapa yang akan menjadi penghuni kekal neraka. Cobalah bayangkan, bila manusia
diberi umur yang panjang, tentulah ia akan ‘menderita’ karena ujian yang
diterimanya pun menjadi lama. Hal ini ibarat menderitanya seorang mahasiswa
bila hanya untuk mencapai sarjana ia harus menempuh waktu kuliah selama 15
tahun atau lebih.
Karena hidup yang amat singkat ini, dan tidak ada
kemungkinan bagi kita untuk mengulanginya kembali, maka tentunya amat rugilah
orang-orang yang tidak mampu berperilaku hidup sebagaimana yang diinginkan-Nya.
Kita memang sulit bahkan mungkn mustahil dapat begitu
saja berperilaku hidup sesuai dengan aturan main-Nya bila kita tidak mempunyai
bekal yang cukup. Ibarat seorang prajurit, ia tidak akan pernah menang dalam
peperangan bila ia tidak mempunyai senjata dan straregi yang baik. Bekal yang
kita perlukan ialah keyakinan ilahiyyah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW., “sebaik-baik yang ditanam dalam hati itu
alah keyakinan!” semakin banyak dan dalam keyakinan-keyakinan yang kita
miliki, maka semakin memudahkan kita untuk berperilaku hidup sesuai dengan
aturan main yang ditentukan-Nya. Adapun yang menjadi bahan dasar terbentuknya
keyakinan ilahiyyah itu adalah ilmu tanpa ilmu tidak akan lahir keyakinan. Agar
ilmu dapat menjadi suatu keyakinan, maka ia harus digodok lebih lanjut dengan
tafakur. Bila tidak, maka ilmu itu hanyalah menjadi pengetahuan saja yang tidak
cukup untuk menuntun kita berperilaku Islami. Demikian pentignya tafakur ini
sehingga Allah menghargainya dengan ganjaran yang sangat besar sekali, sebagaimana
disampaikan Rasulullah SAW., “Bertafakurlah
sejenak lebih baik daripada ibadah satu tahun”.
Paling
sedikitnya ada 4 keyakinan yan merupakan kunci sukses untuk memudahkan kita
dapat berperilaku hidup sesuai dengan aturan yang dikehendaki-Nya , yaitu
1. Keyakinan
akan adanya Akhirat
Sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan esungguhnya merugilah orang
yang mengotorinya.
Asy-Syams (91): 9-10
Orang yang Haqqul yaqin dengan adanya kehidupan
akhirat, yaitu tempat dimana ia harus mempertanggungjawabkan perilaku hidupnya
sewaktu di dunia, pastilah akan mempunyai akhlak yang baik. Karena,
keyakinannya ini akan menjadi perisai untuk dirinya tidak melakukan perbuatan
yang menyimpang dari yang ditentukan Allah, seperti misalnya bersikap sombong,
culas, zalim, kikir, dan lain sebagainya. Demikian pula budaya “mumpung” yang
tidak terpuji itu,tidak akan lahir dari tangan-tangan orang yang mempunyai
keyakinan yang kuat bahwa sebenar-benarnya kehidupan itu adalah akhirat.
Orang-orang
yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, mempunyai sifat yag buruk.
An-Nahl (16):60
Bagi orang yang meyakini adanya akhirat, maka
perbuatan menzalimi orang lain adalah betul-betul suatu kebodohan. Karena
dengan perbuatannya ini ia “mengharuskan” Tuhan untuk menghukumnya di akhirat
nanti. Sedangkan jelas-jelas siksa neraka itu berlipat-lipat perihnya dari yang
diperbuatnya. Di dalam Al-Qur’an dikisahkan, ketika nabi Musa as. Khilaf dengan
membunuh seorang kaum fir’aun, maka ia dengan sangat menyesal berdo’a :”Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah
menganiaya diriku sendiri , karena itu ampunilah aku” – Al-Qashas
(28):16. Demikin pula nabi Adam dan Hawa ketika mereka terbujuk setan
melanggar perintah Allah, yaitu memetik buah Khuldi, mereka berdo’a kepada
tuhan :
Ya
tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak
mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk
orang-orang yang merugi.
Al-A’raaf (7):23
Lihat
juga firman-firman Allah berikut ini :
Sesungguhnya
orang–orang yang zallim tidak akan beruntung
Yusuf(12):23
“Jika
kamu berbuat baik berarti kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri, dan ika kamu
berbuat jahat, maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri”
Al-Israa’(17):7
Barang
siapa yang mengerjakan dosa, maka sesungguhnya ia mengerjakan untuk
(kemudharatan) dirinya sendiri.
An-Nisaa’(4):111
Seorang tokoh sufi yang berama Abudullah bin
Khubaiq berkata: “ Janganlah kamu bersedih
hati kecuali karena sesuatu yang akan mencelalkakanmu esok (di akhirat), dan
janganlah pula kamu bersenang hati kecuali karena sesuatu yang akan
menyenangkanmu di alam keabadian nanti.”
Bagi
orang yang belum meyakini adanya akhirat, cobalah dipikirkan baik-baik hal ini
; Bukankah masih banyak orang-orang yang berbuat kebaikan yang belum mendpatkan
ganjaran kebaikannya yang sempurna? Bukankah sekian banyak pula orang yang melakukan kejahatan yang belum mendapatkan balasan atas kejahatannya?
Ataukah
orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari
azab kami?
Al-Ankabut(29):4
2. Keykinan
Akan Mati
Orang yang memiliki keyakinan yang tinggi bahwa
dirinya suatu waktu pasti akan mati, akan berlindung dari sifat-sifat yang amat mencintai dunia. Karena sesungguhnyalah, rusaknya akhlak
manusia dimulai dengan rasa cinta yang berlebiihan terhadap dunia. Nabi
Muhammad SAW., bersabda, “ Barang siapa
mencintai dunia, maka Allah tidak akan menolongnya dalam hal apapun. Disamping
itu, Allah akan menetapkan dalam hatinya 4 hal: kesusahan yang berkepnjangan,
kesibukan yang tiada henti, kefakiran yang untuk selamanya, dan anagan-angan
yang tidak ada batasnya.”
Al-Qur’an
yang mulia juga memperingatkan tentang hal ini :
Maka
janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakanmu.
Lukman (31):33
Supaya
rasa cinta terhadap dunia ini dapat dikendalikan, Rasulullah SAW., memberikan
resepnya : “Perbanyaklah mengingat hal
yang dapt mengahancurkan segala macam kelezatan”.
Dalam
hadist lain dari Aisyah r.a.- Katanya, Ya
Rasulullah, Apakah ada orang yang dikumpulkan bersama syuhada di akhirat?.
Kata Nabi:” Ya ada, yaitu orang-orang
yang mengingat mati sebanyak 20 (duapuluh) kali dalam satu hari”(rawi:baihaqi)
Salah
seorang sahabat Rasulullah yang terkemuka, Umar bin Khatab, pernah menambal
bajunya dengan kain yang lapuk. Ketika ada yang berkata kepadanya, wahai Umar, tambalan yang begitu tidaklah
akan tahan lama.” Maka Umar pun spontan menjawab, “apakah umurku akan lebih lama daripada umurnya?”
Ilustrasi
ini ukanlah untuk menunjukkan kebodohan umar, tetapi inilah gambaran dari
pribadi orang yang mempunyai keyakinan yang kuat bahwa mati setiap saat dapat
terjadi!
3. Keyakinan
akan Adanya Setan
Orang yang mempunyai keyakinan bahwa selama hidupnya
di dunia ia akan selalu dihasut oleh setan yang berasal dari bangsa manusia
atau jin, maupun setan yang berasal dari perwujudan dari nafsu jeleknya sendiri
maka hatinya akan selalu siap siaga untuk melawan himbauan-himbauan yang sesat
yang akan menghanyutkan jiwanya agar membangkang pada aturan main yang telah
ditetpkan-Nya.
Bila kita mampu melihat seseorang tidak dari hanya
tampilan fisiknya saja, tetapi juga mampu menerawang apa yang ada dibalik
lahiriahnya itu, maka akan jelas bagi kita siapa sebenarnya yang sedang
dihadapi, manusiakah atau tampilannya saja yang berwujud manusia yang pada
hakikatnya dia itu adalah setan. Ambillah sebagai contoh ada seorang suami yang
membentak istrinya. Pada saat itu yang sebenarnya terjadi ada setan (suami)
yang sedang berupaya menghasut seorang (istri) agar melakukan perbuatan yang
tidak dikehendaki Allah. Nah, bila kemudian istrinya itu marah lalu membalas
membentak suaminya itu berhasil: dan kini istrinya “menjelma” pula menjadi
setan yang balik menghasut suaminya kemudian menamparnya, maka berasillah
hasutan setan yang berwujud istrinya itu. Pada contoh ini kedua suami istri itu
tidak lagi menjadikan setan sebagai musuhnya melainkan menjadikannya panutan
(Na’udzubillah mindzalik)
Sesungguhnya
setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh.
Fathir(35):6
4. Keyakinan
bahwa kehidupan dunia semata-mata hanyalah babak prakualifikasi untuk
menentukan tempat tinggal manusia di Akhirat nanti
Orang yang mempunyai keyakianan bahwa hidup ini adalah
semata-mata arena pengujian bagi ketaatannya pada aturan main yangelah
ditetapkan olh Sang Maha Pencipta, akan mudah berperilaku sesuai dengan
keinginan-Nya, meskipun ia mengalami ujian demi ujian dari-Nya. Fakta memang
menunjukkan, bahwa kegagalan manusia dalam menghadapi ujian Tuhan disebabkan ia
tidak menyadari bahwa yang dihadapinya itu adalah ujian.
Maha
Suci Allah yang di tangan-Nya lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas
segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa
diantara kamu yang lebih baik amalnya.
Al-Mulk (67):1-2
Dan
Tidaklah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenar-benarnya kehidupan, kalau mereka
mengetahui.
Al-Angkabut (29):64
Keempat keyakinan yang disebutkan diatas, hanya dapat
bermanfaat bila kita mampu menjadikannya sebagai keyakinan dengan derajat
Haqqul Yaqin. Untuk mencapai ini caranya adalah dengan memperkaya wawasan yang
berkaitan dengan keempat hal dimaksud, serta mentafakurinya secara mendalam. Di
samping itu harus menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan yang dapat menipiskan keyakinan terhadap empat hal tersebut, seperti
misalnya merasa kagum yang mendalam terhadap kesuksean duniawi yang diraih
sesorang sehingga membangkitkan ‘panjang angan-angan’ tenggelam dalam sarana
kenikmatan duniawi yang serba ‘WAH’ bergunjing, dan lain sebagainya. Usahakan
pula untuk dapat selau berdzikir, puasa sunat, ataupun shalat malam.
Janganlah
memasuki dunia yang dapat membahayakan akhiratmu, dan jangan meninggalkannya,
sehingga engkau meminta-minta
pada orang lain.
By: Luqman Al-Hakim
Posted by:
Achmad Mansur
J
Manajemen ketenangan HATI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar