Selasa, 28 Mei 2013

4 KUNCI SUKSES DUNIA-AKHIRAT VERSRI AGAMA ISLAM




4 KUNCI SUKSES
 DUNIA AKHIRAT VERSI AGAMA ISLAM


Assalamu’alaikum Wr, Wb.
Kawan kawanku yang sangat saya sayangi, kali ini saya dapat memposting tentang “4 Kunci Sukses Dunia-Akhirat Versi Agama Islam”, Alhamdulillah saya diberi ijin oleh Allah untuk membaca buku yang berjudul “Bahan Renungan Kalbu” yang ditulis oleh Ir. Permadi Alibasyah, mudah-mudahan Allah merahmatinya,, Amiin.
Latar belakang buku ini adalah ketik seorang ayah ingin membekali anaknya tentang pengalaman dan pemikiran ayah dalam mengarungi kehidupan, sebelum terciptanya buku ini sebelumnya dulu merupakan kumpulan-kumpulan catatan pengalaman dan pemikiran penulis yang disusun untuk bekal mengarungi kehidupan bagi anak-anak penulis sendiri. Namun dalam perjalanannya, ternyata banyak pihak yang memerlukanya, sehingga beredarlah catatan tersebut di kalangan masyarakat dalam bentuk cetakan fotocopy. Atas dorongan dari berbaai pihak akhirnya catatan-catatan tersebut di tulis menjadi sebuah buku, yang sekarang berjudul “Bahan Renungan Kalbu”  yang akan kita baca ini adalah Catatan bagian yang ke-14
Mari kita baca dengan mengucap “Bismillahirrohmanirrohiim” mudah-mudahan Allah memberi ilmu yang kita harapkan untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat, Amiin.

4 KUNCI SUKSES DUNIA-AKHIRAT
VERSI AGAMA ISLAM
Seberapa lamakah kita hidup di dunia ini? Al-Quran mengatakan bahwa ternyata manusia hidup di dunia hanya sebentar saja.
Allah bertanya : ”Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?” mereka menjawab: “kami tinggal di Bumi sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yanng menghitung.” Allah berfirman “Kamu tidak tinggal di dunia (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu benar-benar mengetahui.”
Al-Mu’minun (23):112-114
Marilah kita ambil asumsi umur kita adalah seumur nabi Muhammad SAW, yaitu 63 tahun. Dengan mengambil surat As-Sajdah ayat 5 yaitu yang mengatakan 1 (satu) hari di Akhirat = 1000 (seribu) tahun di Dunia, maka umur kita hanya 63/1000 hari Akhirat. Betapa singkatnya!
Lalu untuk apa Allah memberi kita umur yang tidak sampai sepersepuluh hari menurut perhitungan Akhirat? Hal ini ternyata tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menguji sejauh mana ketaatan kita pada aturan main yang dibuat-Nya; yaitu agar menjadi jelas siapa yang akan menempati surga dan siapa yang akan menjadi penghuni kekal neraka. Cobalah bayangkan, bila manusia diberi umur yang panjang, tentulah ia akan ‘menderita’ karena ujian yang diterimanya pun menjadi lama. Hal ini ibarat menderitanya seorang mahasiswa bila hanya untuk mencapai sarjana ia harus menempuh waktu kuliah selama 15 tahun atau lebih.
Karena hidup yang amat singkat ini, dan tidak ada kemungkinan bagi kita untuk mengulanginya kembali, maka tentunya amat rugilah orang-orang yang tidak mampu berperilaku hidup sebagaimana yang diinginkan-Nya.
Kita memang sulit bahkan mungkn mustahil dapat begitu saja berperilaku hidup sesuai dengan aturan main-Nya bila kita tidak mempunyai bekal yang cukup. Ibarat seorang prajurit, ia tidak akan pernah menang dalam peperangan bila ia tidak mempunyai senjata dan straregi yang baik. Bekal yang kita perlukan ialah keyakinan ilahiyyah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW., “sebaik-baik yang ditanam dalam hati itu alah keyakinan!” semakin banyak dan dalam keyakinan-keyakinan yang kita miliki, maka semakin memudahkan kita untuk berperilaku hidup sesuai dengan aturan main yang ditentukan-Nya. Adapun yang menjadi bahan dasar terbentuknya keyakinan ilahiyyah itu adalah ilmu tanpa ilmu tidak akan lahir keyakinan. Agar ilmu dapat menjadi suatu keyakinan, maka ia harus digodok lebih lanjut dengan tafakur. Bila tidak, maka ilmu itu hanyalah menjadi pengetahuan saja yang tidak cukup untuk menuntun kita berperilaku Islami. Demikian pentignya tafakur ini sehingga Allah menghargainya dengan ganjaran yang sangat besar sekali, sebagaimana disampaikan Rasulullah SAW., “Bertafakurlah sejenak lebih baik daripada ibadah satu tahun”.
Paling sedikitnya ada 4 keyakinan yan merupakan kunci sukses untuk memudahkan kita dapat berperilaku hidup sesuai dengan aturan yang dikehendaki-Nya  , yaitu
1.       Keyakinan akan adanya Akhirat

Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan esungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
Asy-Syams (91): 9-10
Orang yang Haqqul yaqin dengan adanya kehidupan akhirat, yaitu tempat dimana ia harus mempertanggungjawabkan perilaku hidupnya sewaktu di dunia, pastilah akan mempunyai akhlak yang baik. Karena, keyakinannya ini akan menjadi perisai untuk dirinya tidak melakukan perbuatan yang menyimpang dari yang ditentukan Allah, seperti misalnya bersikap sombong, culas, zalim, kikir, dan lain sebagainya. Demikian pula budaya “mumpung” yang tidak terpuji itu,tidak akan lahir dari tangan-tangan orang yang mempunyai keyakinan yang kuat bahwa sebenar-benarnya kehidupan itu adalah akhirat.

Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, mempunyai sifat yag buruk.
An-Nahl (16):60
Bagi orang yang meyakini adanya akhirat, maka perbuatan menzalimi orang lain adalah betul-betul suatu kebodohan. Karena dengan perbuatannya ini ia “mengharuskan” Tuhan untuk menghukumnya di akhirat nanti. Sedangkan jelas-jelas siksa neraka itu berlipat-lipat perihnya dari yang diperbuatnya. Di dalam Al-Qur’an dikisahkan, ketika nabi Musa as. Khilaf dengan membunuh seorang kaum fir’aun, maka ia dengan sangat menyesal berdo’a :”Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri , karena itu ampunilah aku”Al-Qashas (28):16. Demikin pula nabi Adam dan Hawa ketika mereka terbujuk setan melanggar perintah Allah, yaitu memetik buah Khuldi, mereka berdo’a kepada tuhan :
Ya tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.
Al-A’raaf (7):23

Lihat juga firman-firman Allah berikut ini :

Sesungguhnya orang–orang yang zallim tidak akan beruntung
Yusuf(12):23

“Jika kamu berbuat baik berarti kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri, dan ika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri”
Al-Israa’(17):7

Barang siapa yang mengerjakan dosa, maka sesungguhnya ia mengerjakan untuk (kemudharatan) dirinya sendiri.
An-Nisaa’(4):111

Seorang tokoh sufi yang berama Abudullah bin Khubaiq berkata: “ Janganlah kamu bersedih hati kecuali karena sesuatu yang akan mencelalkakanmu esok (di akhirat), dan janganlah pula kamu bersenang hati kecuali karena sesuatu yang akan menyenangkanmu di alam keabadian nanti.”
Bagi orang yang belum meyakini adanya akhirat, cobalah dipikirkan baik-baik hal ini ; Bukankah masih banyak orang-orang yang berbuat kebaikan yang belum mendpatkan ganjaran kebaikannya yang sempurna? Bukankah sekian banyak pula orang yang  melakukan kejahatan yang belum mendapatkan balasan atas kejahatannya?

Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari azab kami?
Al-Ankabut(29):4

2.       Keykinan Akan Mati
Orang yang memiliki keyakinan yang tinggi bahwa dirinya suatu waktu pasti akan mati, akan berlindung dari sifat-sifat  yang amat mencintai dunia. Karena sesungguhnyalah, rusaknya akhlak manusia dimulai dengan rasa cinta yang berlebiihan terhadap dunia. Nabi Muhammad SAW., bersabda, “ Barang siapa mencintai dunia, maka Allah tidak akan menolongnya dalam hal apapun. Disamping itu, Allah akan menetapkan dalam hatinya 4 hal: kesusahan yang berkepnjangan, kesibukan yang tiada henti, kefakiran yang untuk selamanya, dan anagan-angan yang tidak ada batasnya.”

Al-Qur’an yang mulia juga memperingatkan tentang hal ini :

Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakanmu.
Lukman (31):33

Supaya rasa cinta terhadap dunia ini dapat dikendalikan, Rasulullah SAW., memberikan resepnya : “Perbanyaklah mengingat hal yang dapt mengahancurkan segala macam kelezatan”.
Dalam hadist lain dari Aisyah r.a.- Katanya, Ya Rasulullah, Apakah ada orang yang dikumpulkan bersama syuhada di akhirat?. Kata Nabi:” Ya ada, yaitu orang-orang yang mengingat mati sebanyak 20 (duapuluh) kali dalam satu hari”(rawi:baihaqi)

Salah seorang sahabat Rasulullah yang terkemuka, Umar bin Khatab, pernah menambal bajunya dengan kain yang lapuk. Ketika ada yang berkata kepadanya, wahai Umar, tambalan yang begitu tidaklah akan tahan lama.” Maka Umar pun spontan menjawab, “apakah umurku akan lebih lama daripada umurnya?”
Ilustrasi ini ukanlah untuk menunjukkan kebodohan umar, tetapi inilah gambaran dari pribadi orang yang mempunyai keyakinan yang kuat bahwa mati setiap saat dapat terjadi!

3.       Keyakinan akan Adanya Setan
Orang yang mempunyai keyakinan bahwa selama hidupnya di dunia ia akan selalu dihasut oleh setan yang berasal dari bangsa manusia atau jin, maupun setan yang berasal dari perwujudan dari nafsu jeleknya sendiri maka hatinya akan selalu siap siaga untuk melawan himbauan-himbauan yang sesat yang akan menghanyutkan jiwanya agar membangkang pada aturan main yang telah ditetpkan-Nya.
Bila kita mampu melihat seseorang tidak dari hanya tampilan fisiknya saja, tetapi juga mampu menerawang apa yang ada dibalik lahiriahnya itu, maka akan jelas bagi kita siapa sebenarnya yang sedang dihadapi, manusiakah atau tampilannya saja yang berwujud manusia yang pada hakikatnya dia itu adalah setan. Ambillah sebagai contoh ada seorang suami yang membentak istrinya. Pada saat itu yang sebenarnya terjadi ada setan (suami) yang sedang berupaya menghasut seorang (istri) agar melakukan perbuatan yang tidak dikehendaki Allah. Nah, bila kemudian istrinya itu marah lalu membalas membentak suaminya itu berhasil: dan kini istrinya “menjelma” pula menjadi setan yang balik menghasut suaminya kemudian menamparnya, maka berasillah hasutan setan yang berwujud istrinya itu. Pada contoh ini kedua suami istri itu tidak lagi menjadikan setan sebagai musuhnya melainkan menjadikannya panutan (Na’udzubillah mindzalik)

Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh.
Fathir(35):6

4.       Keyakinan bahwa kehidupan dunia semata-mata hanyalah babak prakualifikasi untuk menentukan tempat tinggal manusia di Akhirat nanti

Orang yang mempunyai keyakianan bahwa hidup ini adalah semata-mata arena pengujian bagi ketaatannya pada aturan main yangelah ditetapkan olh Sang Maha Pencipta, akan mudah berperilaku sesuai dengan keinginan-Nya, meskipun ia mengalami ujian demi ujian dari-Nya. Fakta memang menunjukkan, bahwa kegagalan manusia dalam menghadapi ujian Tuhan disebabkan ia tidak menyadari bahwa yang dihadapinya itu adalah ujian.

Maha Suci Allah yang di tangan-Nya lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya.
Al-Mulk (67):1-2

Dan Tidaklah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenar-benarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.
Al-Angkabut (29):64

Keempat keyakinan yang disebutkan diatas, hanya dapat bermanfaat bila kita mampu menjadikannya sebagai keyakinan dengan derajat Haqqul Yaqin. Untuk mencapai ini caranya adalah dengan memperkaya wawasan yang berkaitan dengan keempat hal dimaksud, serta mentafakurinya secara mendalam. Di samping itu harus menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan  yang dapat menipiskan keyakinan terhadap empat hal tersebut, seperti misalnya merasa kagum yang mendalam terhadap kesuksean duniawi yang diraih sesorang sehingga membangkitkan ‘panjang angan-angan’ tenggelam dalam sarana kenikmatan duniawi yang serba ‘WAH’ bergunjing, dan lain sebagainya. Usahakan pula untuk dapat selau berdzikir, puasa sunat, ataupun shalat malam.

Janganlah memasuki dunia yang dapat membahayakan akhiratmu, dan jangan meninggalkannya, sehingga engkau  meminta-minta pada orang lain.
By: Luqman Al-Hakim

Posted by:
Achmad Mansur
J
Manajemen ketenangan HATI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar